Kamis, Januari 15, 2009

PBB Yang Mati Suri



Lima hari menjelang pergantian tahun, tepatnya pada sabtu 27 desember 2008, ketika sebagain dari penduduk dunia telah merencanakan libur akhir tahun, tanpa di duga, serangan udara militer Israel telah membuat mimpi buruk bagi anak-anak palestina, membuat panik wanita-wanita palestina, bahkan dunia dibuat tercengang. Dalam hitungan jam, Negara yang berbatasan langsung dengan mesir ini pun, praktis luluh lantak oleh hantaman senjata-senjata muktahir Israel. Atas serangan ini, liga arab, Mesir, Yordania, Abu dubai langsung membatalkan pesta pora perayaan tahun baru, sebagai bentuk rasa simpati terhadap bumi para nabi, Palestina.


Hampir tiga pekan sudah tentara zionis Israel membombardir tempat turunya tiga agama samawi, Palestina. Serangan demi serangan, baik darat, laut bahkan udara membombardir tanpa ampun. Sejak serangan perdananya pada sabtu 27 desember 2008, korban tewas di pihak palestina pada hari ke-19 saja, mencapai angka yang cukup fantastis, yaitu mendekatai angka seribu. Dan sebagain besar didominasi warga sipil. Bahkan jumlah korban luka-luka saat ini mencapai lebih dari empat ribu orang. Sementara korban tewas dipihak Israel hanya berjumlah belasan orang dan korban luka-luka mencapai tidak lebih dari dua ratus orang.


Penghentian Agresi


Kecaman dari berbagai Negara pun datang untuk segera menghentikan konflik yang terus memanas hingga detik ini, mengingat upaya gencatan senjata tidak juga diindahkan oleh kedua belah pihak. Pemerintah Indonesia melalui wakil tetap RI untuk PBB di New York, langsung memberikan surat kepada sekjen PBB Ban Ki-moon, sebagai bentuk simpatik pada situasi politik kedua Negara tersebut. Simpatik atas konflik Israel – Palestina juga datang dari pemerintah Perancis. Presiden Perancis Nicolas Sarkozi langsung mengadakan pertemuan dengan presiden mesir Hosni Mubarak dalam upaya penghentian segera serangan yang tidak berperikemanusiaan itu. Bahkan Reaksi yang cukup keras juga datang dari presiden Venezuela Hugo Cavez. Dengan terang-terangan, pihaknya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.


Kecaman agar kekerasan yang terjadi di jalur Gaza segera dihentikan juga diserukan oleh negeri Tirai Bambu, China. Pihaknya menyatakan agar pihak yang bertikai hendaknya mematuhi resolusi dewan keamanan PBB nomer 1860 dan segera menghentikan seluruh aksi milter.


Dukungan simpatik untuk segera menyudahi penyerangan Israel atas palestina juga datang dari masyarakat di seluruh belahan dunia. Diantaranya Indonesia, Amerika, Perancis, Roma, Italia. Di London inggris misalnya, gabungan dari berbagai komponen masyarakat inggris, juga melakukan aksi demonstrasi mengecam penyerangan Israel atas Palestina, digelar diberbagai kota di inggris. Diantaranya, Manchaster dan kota liver pool.(Antara,04/01)


Namun meski kecaman demi kecaman, peringatan demi peringatan dari berbagai penjuru dunia, nyatanya Zionis Israel masih terus melancarkan agresinya yang tak berperikemanusiaan.Bahkan memasuki agresi pada pekan ke tiga, gempuran militer Israel semakin membabi buta. Pemukiman warga sipil, masjid dan sekolah bentukan PBB di gaza city pun tak luput dari serangan Israel. Apalagi dalam serangannya kini, militer Israel menggunakan senjata yang berbahan kimia fosfor. Padahal dalam undang-undang internasional telah jalas disebutkan bahwa penggunaan senjata dengan menggunakan fosfor putih sangat tidak diizinkan. Zat kimia ini hanya di legalkan untuk menciptakan asap di layar.


Terus memanasnya konflik Israel Palestia, menimbulkan pertanyaan baru bagi kita, dimanakah peran dewan keamanan dunia sebagai polisi dunia. Bukankah semangat awal pembentukan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) sebagai lembaga pengamanan internasional, perlindungan social, serta sebagai lembaga yang dapat memfasilitasi hukum internasional.


Peran Perserikatan Bangsa Bangsa


Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) lahir pada saat perang dunia II (PD II) pada tahun 1939. pembentukan awalnya adalah untuk menggantikan League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa) yang berdiri pada tahun 1919 untuk menangani konflik yang terjadi di benua Eropa pada perang dunia I (PD I). Berakhirnya PD I bukan bearti peperang di dunia secara otomatis terhenti, justru konflik antara Negara-negara di dunia kembali memanas bahkan meluas ke tiga benua yaitu Asia, Afrika, dan Eropa dengan jumlah korban tewas mencapai angka 50 juta jiwa..


Konflik tiga benua hingga pecahnya perang dunia ke-II, menjadi latar belakang pembentukan PBB, dimana cakupan organisasinya tidak hanya di lingkup benua Eropa, seperti yang dilakukan LBB, tetapi suluruh penjuru dunia. Mulai dari masalah Kashmir (1948) sampai Perang Korea (1950-1953) hingga sengketa Irian Barat (1962).


Berdasarkan piagam PBB, lembaga ini mempunyai kewenangan dan tugas untuk memelihara kedamaian dan keamanan internasional. Dalam menjalankan fungsinya sebagai polisi dunia, PBB memilki Dewan keamanan (DK) yang beranggotakan lima. Negara yang memenangkan PD II yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Rusia, dan China.


Dewan Keamanan PBB sendiri mempunya fungsi utama dalam upaya memelihara perdamian dunia, yaitu menyelesaikan sengketa secara damai, membentuk dan mengatur pasukan penjaga keamanan PBB, serta mengambil langkah-langkah khusus pada pihak atau Negara yang tidak mematuhi keputuan DK PBB.


Setelah Israel dengan tegas mengabaikan apa yang telah diputuskan oleh DK PBB bahwa Israel harus segar melakukan genjatan senjata, ini mengindikasikan draf aturan dan piagam hanyalah sebuah catat diatas kertas belaka, nyatanya perang masih saja terus berkecamuk. Tanpa bergeming sedikitpun, mesin-mesin mutkahir Israel terus membombardir Palestina. Israel benar-benar tak peduli atas keputusan gencatan sejata yang dikeluarkan DK PBB. Karena hanya berselang beberapa jam setelah DK PBB meminta Israel menarik mundur pasukanya, jet-jet F-16 dan helikopter tempur zionis Israel justru menggempur lebih dari 50 sasaran di Gaza. Atas serangan yang membabi buta itu, Hamas merespon dengan menembakan roket-roketnya ke wilayah Israel, seperti Beersheba dan Ashkelon.


Sebenarnya Pengabaian dan berusaha menutup mata terhadap keputusan DK PBB bukan yang pertama kalinya. Hal yang sama juga pernah dilakukan Amerika Serikat saat melancarkan agresinya meng-invansi Irak. Peringatan PBB untuk tidak berperang, nyatanya tidak juga di gubris oleh Amerika. Justru Negara adikuasa tersebut tetap melancarkan invansinya ke irak, dengan mengklaim bahwa Negeri timah hitam tersebut memiliki senjata pemusnah masal.



Fakta ini jelas menggambarkan kepada kita bahwa kekuatan lembaga yang semangat pembentukanya sebagai lembaga perdamaian dunia, nayatanya masih jauh dari harapan. Justru lembaga ini begitu rapuh. Tak punya taring. Tak Berfungsi. Atau jangan-jangan mati suri. Bisa jadi asumsi yang berkembang diluar dapat dibenarkan, bahwa lembaga ini hanya kacung dari negara-negara adikusa dan para sekutunya, demi menjalankan aksi-aksi brutalnya atas nama kemanusian dan perdamaian dunia.


Lihat saja upaya voting yang dilakukan DK PBB sebelum akhirnya menghasilkan keputusan gencatan senjata, yang diabaikan Israel. Amerika yang kita tahu sekutu kuat Israel, justru malah abstain. Sikap AS tersebut kontan mengejutkan sejumlah diplomat yang sebelumnya yakin bahwa langkah resolusi akan disetujui dengan suara bulat.


Keputusan gencatan sejata tinggal keputusan, mengingat gempuran roket-roket Israel masih terus membabi buta, serangan darat tank-tank Israel juga sudah memasuki pusat kota Gaza, bahkan senjata berbahan fosfor kini ditembakan. Lalu apa yang bisa yang dilakukan PBB yang katanya polisi dunia, jika pembunuhan masalah atas nama kemanusia masih terus ada di bumi Palestina.



Kos, 15 Januari 2009

Rohaimi